Hei, kamu! ya kamu

Mencintaimu, merindukanmu, mencintaimu, dan merindukanmu sama saja dengan merangkai manik manik luka, pedih. Tapi tetap saja, aku bersedia menikmati pedih ini sendiri. Entah kapan ini semua selesai. Atau malah tak ingin kuakhiri?
Mencintai diam diam memang menguatkan. Mungkin di suatu waktu, akan mendorong keras hatiku agar terjatuh, dan berantakan.
Hei, kamu! ya kamu... Lihatlah daun daun yg berguguran ditempat kita pertama kali bertemu. Seperti itulah aku tanpamu. Jatuh, pasrah, layu, seiring waktu mengering juga pada akhirnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar